Teruntuk Tamu Istimewa

Tinggal bilangan hari tamu itu datang menyambangi diri. Setelah sebelumnya sebelas bulan berlalu ia pernah singgah dirumah ini. Masih segar di memori otak akan penyambutan terhadapnya yang terlalu biasa. Ada gumpal sesal dipojok dada, akan sambutan kehadirannya yang lebih terlabel dengan sedikit ogah. Kali ini ingin rasanya mengobati robekan luka tersebab sesal itu. Terima kasih ya Rob, masih ada waktu yang tersedia untuk diri yang berlumur salah. Ijinkan diri yang duduk dan berdiri dengan balutan khilaf ini mencoba memperbaiki diri, mencoba merengkuh banyak hikmah dari tamu yang sebentar lagi bertandang.

Sebelas bulan tanpa henti lidah yang tak bertulang ini begitu akrabnya memproduksi perkataan dusta. Selalu saja ada silap kata yang terselip, selalu saja ada salah kalimat yang tersuluh. Entah berapa ludah tersembur melumuri huruf-huruf melintasi bibir ini tanpa maksud. Entah berapa jauh langkah dari kaki ini yang sering salah langkah, dari mata yang terjatuh pada salah pandang, dari telinga yang sering tercebur dalam salah dengar, dari jemari yang menari di atas keyboard mengetik rangkaian kalimat tanpa guna dan makna. Untuk rentang waktu sebulan kedepan duhai Rob, mudahkan hati yang hina ini membengkelkan diri dihari-hariMu yang mulia. Izinkan jiwa ini bersolek di indahnya hari-hariMu yang bertabur berkah. Sekalipun dengan segala compang-camping penghambaan diri kepadaMu duhai Rob, ijinkan dengusan nafas ini masih menghirup oksigen bulan muliaMu itu.

Atas nama kemuliaannya Engkau berjanji bahwa sesiapa yang mengabdi padaMu berwasilah puasa, Engkau sendiri yang akan memberi pahala. Engkaulah pemilik langit, Engkaulah pemilik bumi, Engkaulah pemilik perbendaharaan alam raya. Tak pantas diri yang sudra ini untuk tidak yakin akan kemahaanMu. Engkaulah Zat yang tak pernah berselisih dengan janjiMu. Begitulah lisan nabiMu mengkabarkan akan itu. “Semua amalan anak Adam dilipatgandakan. Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘KECUALI PUASA.SESUNGGUHNYA PUASA ITU UNTUK AKU, DAN AKULAH YANG MEMBALASNYA. Dia meninggalkan syahwatnya dan makanannya karena Aku.” (HR. Muslim dalam Kitab ash-Shiyam, Bab Fadhlu ash-Shiyam, No: 1151/164).

Tentu karena bentangan kemuliaan hari-hari itu, Engkau langsung yang turun tangan akan upah dari pekerjaan hambaMu. Dan pastinya karena Engkau sangat mencintai ibadah ini. Betapa menarik perkataan seorang tabi’in Sufyan bin Uyainah rahimahullah tentang makna hadits ini. Beliau mengatakan, “Saat nanti di hari kiamat, Allah menghisab hamba-hamba-Nya. Dia membalas kezaliman seseorang dengan memberikan pahala-pahalanya kepada orang yang dizaliminya. Kecuali pahala puasa. Saat yang tersisa hanya pahala puasa saja. Allah jadikan pahala puasanya sebab untuk masuk ke dalam surga.”  Subhanalloh wal hamdulillah walaa ilaaha illallohu allohu akbar.

Pada sudut-sudut jiwa yang masih tertitipi iman, ijinkan diri menyambut tamu istimewa itu dengan segenap jiwa. Hanya karena taufikMu jiwa yang tertahan nafsu ini bisa menaklukannya dengan mudah. Limpahkan sehat atas jasad yang membingkai roh yang ingin bersimpuh diharibaanMu sepanjang bentangan ramadhan. Diri yang lemah dan tak berdaya ini adalah milikMu, dan tanpaMu pasti hampa. Marhaban yaa Ramadhaan… selamat datang duhai rajanya para bulan.. Marhaban yaa Sayyidusyuhuur..

Keponggok, 4 hari menuju ramadhan kariim…1445 H

Allohumma bariklanaa fii rojaba wa sya’bana wa balighnaa romadhoonaa..(duhai rob, berkahi kami di rajab dan sya’ban dan sambungkan nafas kami hingga ramadhaan)

Tinggalkan komentar