Kabar Baikkah Hati ??

Siang suatu hari aku berangkat belanja ke sebuah toko di Purwokerto. Barang-barang yang harus terbelanjakan adanya disebuah toko yang menjual bahan-bahan kimia. Sepeda motor yang masih belepot lumpur terparkir dengan apik persis disamping jenis motor yang sama plek miliknya cewek pelayan toko tersebut. Entah formasi sok dekat ke pelanggan ataukah bercanda, berselorohlah pelayan cantik toko itu,..”Mas, motor itu kepribadian lo..”

“Maksudnya..?”, sahutku

“Ya nek motore kotor ditumpaki bae biasane ra adoh-adoh karo kepribadiane wonge sing numpak”, seenak jidatnya njawab dengan logat purwokertoan. Sambil nahan malu tak kalah juga berkilahku,”berarti sing due pekerja keras,..nganti ra mikir motor”.

Episode obrolan itu sekilas sekedar bincang ringan, tapi kalau direnungkan ada betulnya juga ucapan si pelayan toko itu. Bersih memang penting karena ia adalah ajining diri. Jauh lebih penting lagi adalah bila hati yang terbawa di relung dada adalah hati yang bersih.

Kalau sekedar motor kotor yang kita kendarai saja membuat diri tak nyaman, apatah lagi hati yang kotor. Dan alangkah tak nyamannya, kalau hati yang kotor ternyata milikku.

Banyak sekali untaian dari AA Gym tentang hati. Karena beliau spesialis untuk pengobatan hati. “Kita sering sekuat tenaga menjaga agar pakaian, kendaraan tidak kotor. Tapi jarang habis-habisan menjaga agar hati tidak kotor,” begitu nasihat indah ustad KH Abdullah Gymnastiar.

Tak ubahnya seperti baju putih yang bersih, saat tertimpa noda bernama dosa munculah sebuah titik hitam pada baju itu. Baju itu seolah bicara sendiri, tak berkata-kata. Kebersihan hati bisa diukur dari apa yang keluar dari lidah. Meminjam kembali istilah Aa Gym, teko hanya akan mengeluarkan isinya. Jika isinya kopi maka akan keluar kopi, jika isinya susu maka keluarnya pun akan susu. Nalar kita pun bisa bicara demikian. Jika isinya kopi sangat mustahil keluarnya adalah jus alpukat. Jika isinya teh, sangat mustahil keluarnya adalah nasi kotak.

Teko hati yang kotor, akan mengeluarkan kotoran. Tak ubahnya tempat penampungan kotoran (septic tank). Yang keluar adalah kata-kata penuh kebusukan dan keburukan. Bahkan orang alim dan dekat Allah saja dengan begitu mudah dikecam dan diancam. Lidahnya menjadi pembuka pintu malapetaka.

Ramadhan tinggal hitungan hari didepan mata. Adalah saat terbaik untuk membengkelkan hati. Betapa moment-moment indah bisa digunakan untuk membasuh noda pada setiap permukaannya. Istighfar, baca qur’an, berpuasa, memperbanyak dzikir, dan seabrek amalan hati, lisan dan badan adalah mekanisme perbaikan hati yang sebelas bulan berlalu lelah dengan cipratan lumpur.

Semoga upaya pembersihan noda hitam diseantero pelosok hati bisa terjalani di ramadhan karim ini. Sehingga perlahan ia terangkat dari kalbu suci yang aslinya putih. Sehingga baju putih bisa terpakai lagi tanpa harus berteriak, “Aku pakai baju putih..”. Sampai akhirnya teko itu terisi kembali dengan susu karena memang pilihan. Dan setelahnya bisa dituangkan ke cangkir-cangkir kecil yang orang lain bisa merasakan. Aduhai begitulah hati yang kembali fitri.

“Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS AsySyams).

Keponggok, Pertengahan Sya’ban 1445 H

Apa kabar hati?

Tinggalkan komentar